Peningkatan Kemandirian Membaca Siswa Kelas V Melalui Metode Problem Based Learning di SDN 06 Pemudang
DOI:
https://doi.org/10.55606/semnaspa.v6i1.2966Keywords:
Catholic Religious Education, Independence, Merdeka Curriculum, Problem-Based LearningAbstract
This study was motivated by the issue of low reading independence among fifth-grade students at SDN 06 Pemudang, which often resulted in an unconducive classroom environment and low learning participation. The teacher had not yet applied a student-centered learning method, leading to suboptimal learning outcomes. The aim of this study was to determine the improvement in students’ reading independence through the application of the Problem Based Learning (PBL) method for Phase C fifth-grade students. This research used a Classroom Action Research (CAR) approach carried out in two cycles, each consisting of four stages: planning, implementation, evaluation, and reflection. The learning materials used were David the Leader and Solomon the Wise King. The research subjects were five fifth-grade students. Data collection techniques included observations to assess behavioral changes in the independence dimension and reading tests conducted at the end of each cycle. The data were analyzed using descriptive quantitative methods with percentage calculations. The results showed that the implementation of the PBL method successfully increased the character of independence as part of the Pancasila Student Profile (P3) dimension, from 70% in the first cycle to 92% in the second cycle. Student achievement in reading also improved significantly, with the “proficient” category increasing from 20% to 68%, and the “competent” category from 50% to 75%, while the “adequate” and “beginning to develop” categories dropped to 0%. The conclusion of this study is that learning using the Problem Based Learning method, when focused on a single Pancasila Student Profile dimension, can effectively enhance reading independence and learning achievement of fifth-grade Phase C students.
References
Almateus Nanang Rudiatmoko, (2023). Seseorang yang mandiri akan mampu mengevaluasi dan menganalisis setiap informasi baru yang diterimanya.
Arends, 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran inovatif yang berorientasi pada pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam memperoleh dan mengembangkan pengetahuan baru
Azhar, 2011. Dalam konteks PBL, media video dapat digunakan untuk menyajikan permasalahan nyata yang akan dianalisis dan diselesaikan oleh peserta didik. Video dapat menampilkan studi kasus, simulasi, atau demonstrasi yang relevan dengan topik pembelajaran, sehingga peserta didik dapat mengamati, mengeksplorasi, dan mengkonstruksi pemahaman mereka secara lebih mendalam.
Hartutik, (2019). Guru perlu melakukan perencanaan yang dimulai dengan analisis kebutuhan, penetapan tujuan, penyiapan perangkat pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter. Pengintegrasian satu nilai karakter yang terfokus mampu meningkatkan aspek karakter peserta didik lebih baik.
Hartutik et al., (2017). Integrasi Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua guru mata pelajaran. Oleh karena itu perlu pemetaan masing-masing nilai karakter yang terfokus, sebab dengan cara ini, terjadi perubahan perilalu siswa yang lebih nyata.
Hartutik, etc, 2023. Design of Management Model for Facilitating Practice of Schooling Field Introduction. Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 5 (3). Guru perlu memberikan fasilitas dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik.
Hartutik. (2019). Management Model for Integrating Character Education Training in School Learning with the Spiral System. Journal KnE Social Sciences. UNNES International Conference on . 99–103. DOI: 10.18502/kss.v3i18.4702.
Hartutik, 2019. Sebelum mengajarkan materi konsep, guru perlu merancang pengintegrasian satu nilai karakter yang terfokus dan melakukan evaluasi serta refleksi.
Mulyasa, (2022). Hasil belajar dapat diukur melalui berbagai metode evaluasi, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Muhibbinsyah, 2010. Adapun pengertian secara kualitatif belajar diartikan sebagai proses memperoleh arti dan pemahamann serta cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
N Setiyaningtiyas, H Hartutik, 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konsep budaya sekolah melalui proses kepemimpinan transformasional.
Ridwan Barus, (2023). Manfaat penerapan metode problem based learning: meningkatkan motivasi belajar, kemandirian belajar, dan sikap positif terhadap pembelajaran, meningkatkan kemampuan kemandirian, keterampilan memecahkan masalah dan pengetahuan tentang konsep-konsep penting dari pembelajaran, mengaitkan teori dengan praktik dan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata, memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
Rusman, 2012. PBL menempatkan peserta didik sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran, dimana mereka didorong untuk secara aktif mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang relevan dengan kehidupan nyata.
Supriwidodo & Astuti, (2023). Hasil belajar adalah kemampuan/keterampilan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran pada aspek keterampilan kognitif, apektif, dan motoric.
Trianto, 2010. Model ini berangkat dari permasalahan yang autentik, relevan, serta memiliki keterkaitan langsung dengan pengalaman dan lingkungan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih menarik dan meningkatkan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses eksplorasi pengetahuan.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DAN AGAMA

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.